kendaraan

Kendaraan Listrik Jadi Peluang Besar untuk Bali

Kendaraan Listrik Jadi Peluang Besar untuk Bali
Kendaraan Listrik Jadi Peluang Besar untuk Bali

JAKARTA - Transformasi menuju energi bersih semakin nyata di Indonesia, dan Bali kini menjadi salah satu sorotan utama dalam upaya tersebut. Pulau Dewata tidak hanya dikenal karena pesonanya di mata dunia, tetapi juga dinilai memiliki potensi besar sebagai wilayah percontohan ekosistem kendaraan listrik yang ideal.

Hal ini ditegaskan oleh Profesor C. C. Chan, tokoh terkemuka dalam industri kendaraan listrik global. Ia meyakini, karakter geografis dan kebijakan lokal yang fleksibel menjadikan Bali sebagai kandidat kuat untuk menjadi model pengembangan kendaraan listrik dunia.

“Saya rasa Bali akan bisa menjadi model di dunia karena Bali adalah pulau yang dekat (kecil, Red), memiliki keuntungan dalam hal mengatur regulasi, kita menggunakan Bali untuk menjadi model dunia,” ujar Profesor Chan dalam konferensi kendaraan listrik Periklindo Electric Vehicle Conference 2025 di Jimbaran, Bali.

Optimisme ini bukan tanpa alasan. Menurutnya, Indonesia memiliki sumber daya manusia yang sangat potensial, hanya perlu digali dan dikembangkan lebih lanjut melalui inovasi serta edukasi. Ditambah lagi, pasar dalam negeri yang besar menjadi keunggulan strategis.

“Indonesia memiliki potensi yang sangat tinggi, jadi kuncinya adalah Indonesia harus meningkatkan kebijakan, meningkatkan infrastruktur, sudah memiliki pasar yang besar, populasi yang besar, jadi jika membandingkan dengan negara tetangga, Indonesia jauh lebih baik,” tegasnya lagi.

Lebih lanjut, ia juga menyarankan agar hubungan bilateral Indonesia dan Tiongkok dimaksimalkan dalam rangka memperkuat pengembangan ekosistem kendaraan listrik ini.

Sementara itu, Ketua Umum Periklindo, Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko, turut memperkuat pernyataan tersebut dengan mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya bersama Pemerintah Provinsi Bali tengah mempersiapkan sejumlah kawasan di Bali sebagai lokasi percontohan pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

“Kami sempat diskusi dengan Pak Gubernur Bali menentukan beberapa area yang akan digunakan sebagai pilot project untuk pengembangan energi hijau, bahkan ekonomi hijau,” ungkap Moeldoko.

Walau demikian, Moeldoko mengakui bahwa pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), yang merupakan infrastruktur penting dalam mendukung mobilitas kendaraan listrik.

Selain itu, ia juga menyoroti masih kurangnya dukungan dari sektor perbankan dalam hal pembiayaan, yang membuat masyarakat dan pelaku industri cukup kesulitan untuk mengakses pembelian kendaraan listrik berbasis baterai.

Namun demikian, Moeldoko tetap optimistis. Menurutnya, perkembangan sejauh ini menunjukkan tren yang sangat menggembirakan. Salah satunya adalah peningkatan penjualan kendaraan listrik yang cukup signifikan dalam kurun waktu setahun terakhir.

“Jika dibandingkan dengan Thailand dan Vietnam, regulasi Indonesia menghasilkan insentif pajak yang lebih tinggi, kemudian dalam setahun terakhir kesadaran akan kendaraan listrik meningkatkan penjualan dari 4 hingga 5 persen menjadi 10 persen,” jelasnya.

Bahkan, dari sisi transaksi, ia menyebut target pertumbuhan ekonomi dari sektor ini cukup menjanjikan. “Target kami tahun ini mengukurnya di Electric Vehicle Show, bisa diukur dari satu tingkat promosi, transaksinya, tahun yang lalu Rp400 miliar, tahun ini mendekati Rp1 triliun,” ujarnya penuh semangat.

Kesiapan Bali sebagai percontohan juga disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali, IGW Samsi Gunarta. Menurutnya, pemerintah daerah sudah menyusun rencana aksi daerah untuk mempercepat penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai.

“Bali siap menjadi percontohan,” tegas Samsi.

Dalam pernyataannya, Samsi menekankan pentingnya kesiapan dari sisi kendaraan dan industri pendukungnya. Ia menyebut, diperlukan penyesuaian pada jenis kendaraan agar sesuai dengan kebutuhan pariwisata di Bali, serta kesiapan infrastruktur dan penyediaan baterai sebagai elemen penting dari rantai pasok kendaraan listrik.

“Ada baterai yang harus diurus kemudian ada juga nanti tipe-tipe kendaraan perlu dibuat spesifik karena kita ada kebutuhan pariwisata, setelah itu tentu saja infrastruktur,” pungkasnya.

Dengan semua upaya ini, langkah Bali menuju kendaraan rendah emisi semakin konkret. Kolaborasi antara pemangku kepentingan pemerintah, industri, dan komunitas diharapkan mampu mendorong perubahan yang berkelanjutan. Bali kini tak hanya menjadi tujuan wisata dunia, tetapi juga sedang dalam perjalanan untuk menjadi model kendaraan masa depan yang ramah lingkungan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index