Politik

Politik Papua dan Duet Potensial Gibran Jokowi

Politik Papua dan Duet Potensial Gibran Jokowi
Politik Papua dan Duet Potensial Gibran Jokowi

JAKARTA - Dalam lanskap politik Indonesia pasca-Pemilu, penguatan harmoni dan penyelesaian persoalan di Papua menjadi fokus penting pemerintahan baru. Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pun mendapat mandat khusus dari Presiden Prabowo Subianto untuk ikut aktif menangani persoalan pembangunan dan kesejahteraan di Bumi Cenderawasih. Menanggapi hal ini, pengamat politik Agung Baskoro menyampaikan sebuah gagasan menarik: melibatkan sosok Presiden RI ke-7, Joko Widodo (Jokowi), dalam kerja kolaboratif untuk Papua.

Menurut Agung, keterlibatan Jokowi akan memberi nilai tambah signifikan. Meski kini telah purna tugas sebagai kepala negara, Jokowi dinilai masih memiliki daya pengaruh yang besar di kalangan masyarakat Papua. Popularitas dan tingkat kepuasan publik terhadap kebijakan Jokowi di wilayah tersebut selama dua periode pemerintahannya menjadi modal yang bisa dimanfaatkan Gibran dalam menjalankan tugas kenegaraan barunya.

“Pak Jokowi punya tingkat kepuasan publik yang tinggi di Papua. Itu bisa menjadi modal Mas Gibran untuk menjalankan tugasnya. Bahkan bukan tidak mungkin Pak Jokowi bisa turun langsung membantu,” ujar Agung.

Papua sendiri selama ini menjadi salah satu wilayah yang mendapatkan perhatian khusus dari Jokowi, utamanya dalam pembangunan infrastruktur dan distribusi program kesejahteraan. Jalan Trans Papua, pembangunan bandara, serta percepatan layanan publik di kawasan pedalaman menjadi sejumlah contoh komitmen yang dinilai berhasil menyentuh kebutuhan warga secara langsung. Karena itu, keterlibatan kembali Jokowi dalam kapasitas informal—misalnya sebagai penasihat atau pendamping inisiatif Gibran—diyakini akan memperkuat efektivitas dan penerimaan program-program lanjutan di Papua.

Tak hanya berdampak pada pencapaian pembangunan di Papua, Agung juga melihat bahwa kolaborasi antara Gibran dan Jokowi ini akan membawa pengaruh positif terhadap persepsi publik terhadap keluarga Solo tersebut. Dalam beberapa waktu terakhir, nama Gibran maupun adiknya, Kaesang Pangarep, kerap menjadi sorotan publik. Namun dengan mengambil tanggung jawab besar di Papua dan melibatkan figur yang sudah teruji, Gibran berpeluang membalik opini serta mengukuhkan dirinya sebagai pemimpin yang tangguh dan solutif.

“Sekarang ini keluarga Solo, termasuk Mas Gibran dan Kaesang, banyak sekali dapat sorotan dan kritik. Kalau Mas Gibran berhasil menuntaskan tugas di Papua, ini akan memperbaiki posisi politik beliau dan keluarganya,” jelas Agung.

Dengan Papua sebagai panggung utama dalam pengabdian barunya sebagai wapres, keberhasilan Gibran juga bisa berperan sebagai titik balik dalam karier politik jangka panjangnya. Lebih jauh, Agung melihat peluang sejarah terbuka lebar jika Gibran mampu menunjukkan kinerja yang nyata dan berdampak.

“Kalau Mas Gibran berhasil membalik persepsi negatif soal kapasitasnya, ini bisa jadi bekal penting untuk 2029. Belum pernah ada wapres yang dua kali mendampingi presiden yang sama,” ujarnya.

Pernyataan ini tentu mengarah pada kemungkinan Gibran mencetak sejarah sebagai Wakil Presiden pertama yang menjabat dua periode mendampingi presiden yang sama Prabowo Subianto di pemilu mendatang. Namun Agung menegaskan bahwa hal tersebut tentu akan sangat bergantung pada performa Gibran dalam lima tahun ke depan, terutama dalam menangani tugas-tugas strategis seperti pembangunan di Papua.

Gagasan melibatkan Jokowi dalam proyek kenegaraan ini tidak hanya menawarkan pendekatan kolaboratif antara generasi lama dan baru, tetapi juga membuka ruang untuk kesinambungan kebijakan yang telah terbukti memberi dampak positif. Hal ini sejalan dengan semangat transisi pemerintahan yang produktif, tanpa menghapus jejak keberhasilan di masa lalu.

Lebih dari sekadar strategi politik, ide ini mencerminkan semangat gotong royong dan keberlanjutan pembangunan sebagai prioritas nasional. Papua, sebagai wilayah yang kerap menghadapi tantangan unik dalam bidang geografis, sosial, dan ekonomi, memang membutuhkan penanganan yang lebih dari sekadar administratif. Sentuhan humanis, pengaruh kultural, dan pendekatan yang berbasis kepercayaan menjadi kunci yang tak kalah penting.

Dengan figur seperti Jokowi yang telah memiliki rekam jejak baik di Papua, serta Gibran yang saat ini memiliki energi baru dan akses pada kekuasaan, sinergi antara keduanya berpotensi menjadi formulasi unggul. Pemerintahan Prabowo-Gibran pun dapat memaksimalkan potensi ini untuk memastikan Papua tidak hanya dikelola secara administratif, tapi juga secara holistik dan berkelanjutan.

Gagasan yang dilontarkan Agung Baskoro ini mencerminkan dinamika politik Indonesia yang terus berkembang ke arah inklusif dan partisipatif. Dalam hal ini, politik tidak melulu soal kekuasaan dan kursi, tetapi juga tentang kolaborasi lintas generasi dan kesinambungan visi demi kebaikan bangsa.

Dengan melibatkan sosok berpengalaman dan mengutamakan dampak nyata bagi masyarakat, inisiatif Gibran dalam mengurus Papua bisa menjadi tonggak penting dalam membangun masa depan politik yang lebih solid, bersih, dan fokus pada hasil. Apalagi jika langkah ini mampu menginspirasi bentuk-bentuk kemitraan lainnya dalam menyelesaikan masalah-masalah strategis nasional.

Kini, bola ada di tangan Gibran. Seiring kepercayaan yang diberikan oleh Presiden Prabowo, harapan masyarakat pun bergantung pada keberhasilan implementasi berbagai agenda pembangunan di Papua. Dan dengan potensi dukungan dari ayahnya, peluang untuk meraih keberhasilan tersebut semakin besar.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index