JAKARTA - Penyeberangan antar-pulau di jalur Ketapang-Gilimanuk tidak hanya menjadi urat nadi mobilitas warga Jawa dan Bali, tapi juga menyimpan cerita menarik di balik operasional kapal-kapal feri yang masih setia mengarungi Selat Bali hingga kini. Sejumlah kapal ferry yang beroperasi di jalur ini bahkan dapat disebut sebagai legenda hidup, karena usianya yang telah melampaui setengah abad namun tetap melayani masyarakat dengan semangat.
Meski sempat muncul kekhawatiran di masyarakat akibat insiden yang menimpa KMP Tunu Pratama Jaya, kepercayaan terhadap layanan penyeberangan tetap dipertahankan dengan pengawasan dan perawatan rutin oleh pihak operator. Usia kapal memang menjadi perhatian, tetapi keberlanjutan layanan tetap terjaga selama aspek keselamatan dan kelayakan terus dikedepankan.
Kapal-kapal ferry yang beroperasi di Selat Bali sejauh ini masih rutin menjalani inspeksi berkala. Kapal-kapal tersebut dapat bertahan karena dipelihara secara baik oleh operator, baik melalui perawatan mesin, pengecekan struktur, hingga proses docking yang sesuai standar. Dengan kata lain, umur bukan satu-satunya indikator kelayakan berlayar, melainkan kondisi aktual dan kesiapan operasional yang menjadi tolok ukurnya.
Kehadiran kapal-kapal ferry yang telah melayani sejak era 60-an dan 70-an memberikan sentuhan historis tersendiri di jalur penyeberangan ini. Setiap kapal memiliki kisah dan latar belakang yang menjadi bagian dari perjalanan panjang konektivitas antar pulau di Indonesia. Tak heran bila sebagian masyarakat menyebut kapal-kapal ini sebagai embah panggilan sayang dan penuh penghormatan bagi yang lebih tua.
Masyarakat pun bisa merasakan langsung aura keandalan kapal-kapal legendaris ini. Meskipun dibuat puluhan tahun silam, sebagian besar dari kapal tersebut berasal dari Jepang, negara yang dikenal dengan standar teknologi dan kualitas industrinya yang tinggi, termasuk dalam bidang perkapalan.
Berikut adalah daftar sepuluh kapal ferry yang masih aktif beroperasi di lintas Ketapang-Gilimanuk dan layak disebut sebagai kapal legendaris:
-Dharma Rucitra 1
Kapal ini dibuat tahun 1964 dan berasal dari Jepang. Hingga kini, kapal ini masih setia melayani penyeberangan antar dua pulau besar di Indonesia.
-Gilimanuk
Juga berasal dari Jepang dan dibuat di tahun yang sama, kapal ini menjadi salah satu simbol konektivitas antar wilayah di Indonesia timur.
-Citra Mandala Sakti
Diproduksi pada 1967 di Jepang, kapal ini tetap dipercaya untuk berlayar karena performanya yang konsisten dan perawatan rutin yang dilakukan oleh operator.
-Edha
Termasuk kapal tua yang juga berasal dari Jepang dan dibuat tahun 1967, Edha masih aktif sebagai armada andalan penyeberangan.
-Reny II
Dibangun tahun 1968, kapal ini turut menjadi bagian dari armada yang mempertahankan kelancaran jalur Ketapang-Gilimanuk.
-Pratitha IV
Sama seperti Reny II, kapal ini juga lahir di tahun 1968 dari galangan Jepang dan terus digunakan secara optimal.
-Wicitra Dharma III
Kapal produksi 1970 ini tidak kalah tangguh dari kapal-kapal seangkatannya. Sampai saat ini, masih menjadi favorit sejumlah operator.
-Marina Pratama
Dibuat tahun 1972 di Jepang, kapal ini menunjukkan bahwa usia bukanlah hambatan dalam memberikan pelayanan optimal.
-Satria Nusantara
Kapal kelahiran tahun 1974 ini juga masih aktif melayani penumpang dan kendaraan di Selat Bali.
-Trisna Dwitya
Satu-satunya kapal dari daftar ini yang dibuat di Indonesia pada tahun 1975, Trisna Dwitya menjadi bukti bahwa kapal buatan dalam negeri juga mampu bertahan dalam jangka waktu panjang.
Usia kapal-kapal tersebut memang tidak lagi muda, namun dengan sistem perawatan menyeluruh dan pemeliharaan berkala, performanya tetap bisa diandalkan. Dalam dunia pelayaran, keberlanjutan usia kapal banyak bergantung pada kualitas struktur dan integritas sistem teknis yang dimiliki, serta bagaimana operator menjalankan prosedur perawatan.
Pihak operator maupun otoritas pelabuhan terus berupaya meningkatkan kenyamanan dan keamanan penyeberangan. Sejumlah evaluasi dan inspeksi teknis dilakukan secara rutin untuk menjamin bahwa kapal yang berlayar memenuhi standar keselamatan. Ini mencerminkan komitmen terhadap layanan publik yang aman dan dapat diandalkan.
Kondisi ini sekaligus menunjukkan pentingnya keberadaan kapal ferry dalam menjaga konektivitas antarwilayah, terutama di daerah yang masih sangat bergantung pada jalur laut sebagai moda utama. Dengan jalur Ketapang-Gilimanuk sebagai salah satu yang paling sibuk di Indonesia, kehadiran kapal-kapal tangguh ini memberikan manfaat besar bagi mobilitas ekonomi, pariwisata, dan logistik nasional.
Lebih dari sekadar transportasi, kapal-kapal ferry tua ini telah menjadi bagian dari narasi panjang sejarah penyeberangan di Indonesia. Kisah mereka menjadi saksi bisu perkembangan infrastruktur maritim tanah air, sekaligus mengingatkan akan pentingnya menjaga dan merawat aset nasional dengan penuh tanggung jawab.
Dalam semangat peningkatan layanan, sinergi antara operator, regulator, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menciptakan penyeberangan yang aman, andal, dan berkelanjutan. Dan selama kapal-kapal “embah” ini terus mendapatkan perhatian layak, mereka akan tetap menjadi tulang punggung layanan penyeberangan di Selat Bali.