JAKARTA - Upaya peningkatan pelayanan penyeberangan di lintas Ketapang-Gilimanuk terus dilakukan secara menyeluruh. Salah satu langkah strategis yang kini tengah berlangsung adalah evaluasi terhadap kapal eks landing craft tank (LCT), demi memastikan keselamatan dan efisiensi operasional. Proses ini memang menimbulkan penyesuaian, termasuk antrean kendaraan yang cukup panjang. Namun, Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) menyampaikan dukungan penuh terhadap langkah pemerintah ini, seraya berharap agar pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
Ketua Gapasdap, Nurjatim, menegaskan bahwa langkah peningkatan performa kapal merupakan kebijakan yang baik untuk jangka panjang. Ia menyampaikan bahwa evaluasi terhadap kapal-kapal yang beroperasi di jalur Ketapang-Gilimanuk penting dilakukan demi menjaga keselamatan dan mutu layanan.
“Pada prinsipnya kami dari Gapasdap mendukung kebijakan pemerintah untuk peningkatan performa kapal-kapal yang beroperasi di LCM. Tapi sebaiknya tidak dilakukan sekaligus. Harusnya bertahap agar kemacetan seperti hari ini bisa diminimalkan,” kata Nurjatim.
Dalam dua hari terakhir, terjadi antrean kendaraan yang cukup panjang menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa kemacetan mengular sejauh 23 kilometer, dari pintu pelabuhan hingga ke wilayah Desa Alasrejo, Kecamatan Wongsorejo. Antrean tersebut dipicu oleh penundaan operasional sementara sejumlah kapal, sebagai bagian dari langkah evaluasi dan perbaikan.
Gapasdap berharap agar proses evaluasi ini tetap memperhatikan kelancaran arus lalu lintas, terutama dengan tetap memberikan solusi sementara yang konkret. Meski demikian, Nurjatim mengapresiasi adanya gerak cepat dari pihak pelabuhan yang segera mengkaji kondisi di lapangan dan berupaya mengurai kepadatan kendaraan.
“Kami sudah menerima informasi bahwa sejumlah kapal akan segera diperbantukan kembali untuk membantu mengurai kemacetan,” ungkapnya.
Menurut Nurjatim, keberadaan kapal-kapal eks LCT memiliki kontribusi besar dalam menjaga kelancaran distribusi logistik antara Jawa dan Bali. Oleh karena itu, ia berharap proses pemeriksaan dapat diselesaikan dengan efisien, sehingga kapal-kapal tersebut bisa kembali mendukung arus distribusi barang dan kendaraan secara maksimal.
“Harapan kami, temuan-temuan minor bisa menjadi pertimbangan. Kami siap berbenah secepat mungkin supaya masalah ini tidak berkepanjangan,” tambahnya lagi.
Tak hanya itu, Gapasdap juga mendukung penuh kebijakan pembatasan kapasitas muatan kapal maksimal 75 persen. Hal ini dinilai sebagai langkah bijak di tengah kondisi cuaca ekstrem yang masih berlangsung. Nurjatim menilai, keselamatan pelayaran tetap menjadi prioritas utama.
“Saya sangat setuju dengan pembatasan 75 persen. Cuaca masih ekstrem, jadi kami juga sejak awal sudah menginstruksikan operator agar jangan memaksakan muatan,” jelasnya.
Lebih lanjut, penyesuaian kebijakan dalam pengaturan dermaga juga disambut positif oleh Gapasdap. Pengkhususan dermaga untuk jenis angkutan tertentu dinilai mampu mengoptimalkan pelayanan serta menekan antrean kendaraan.
“Kami siap jika kendaraan penumpang dialihkan ke dermaga Moveable Bridge (MB). Kami sepakat dermaga LCM difokuskan untuk kendaraan logistik,” ujarnya.
Langkah pengaturan dermaga ini dinilai sangat efektif dalam mengelola arus kendaraan yang berbeda jenis. Dengan pengelompokan sesuai kebutuhan dan karakteristik angkutan, diharapkan efisiensi operasional pelabuhan bisa meningkat, sekaligus mempercepat waktu tunggu bagi penumpang maupun kendaraan logistik.
Meski tantangan teknis di lapangan masih terjadi, seluruh pemangku kepentingan menunjukkan komitmen tinggi untuk berkolaborasi. Evaluasi terhadap kapal, penyesuaian operasional, serta komunikasi aktif antara pelaku usaha dan otoritas pelabuhan menjadi kunci dalam menjaga kelancaran penyeberangan lintas Ketapang-Gilimanuk.
Optimisme juga datang dari berbagai pihak terkait, mengingat respons cepat dan adaptif yang mulai diterapkan di lapangan. Dengan perbantuan kapal-kapal tambahan serta sistem antrean yang lebih tertata, kepadatan arus kendaraan diproyeksikan akan segera terurai.
Ke depan, Gapasdap dan operator kapal lainnya siap menjalankan pembenahan yang dibutuhkan sesuai hasil evaluasi teknis. Nurjatim memastikan bahwa anggota asosiasi yang dipimpinnya berkomitmen untuk meningkatkan standar pelayanan demi kenyamanan dan keselamatan pengguna jasa.
“Kami tidak ingin masalah ini berkepanjangan. Maka dari itu kami ingin berbenah dan berkoordinasi lebih intensif dengan pihak pelabuhan dan regulator agar arus logistik bisa kembali lancar,” tutup Nurjatim.
Langkah-langkah positif ini menunjukkan bahwa proses transformasi dan penyesuaian di sektor penyeberangan dilakukan dengan semangat perbaikan berkelanjutan. Sinergi antara pelaku usaha, regulator, dan masyarakat menjadi elemen penting dalam menjaga stabilitas arus penumpang dan logistik, terutama di jalur strategis penghubung Jawa dan Bali.
Dengan pembenahan yang terencana dan gotong royong antarstakeholder, penyeberangan Ketapang-Gilimanuk diharapkan akan semakin optimal dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna jasa, serta tetap menjadi simpul penting dalam jaringan distribusi nasional.