Megaproyek

Megaproyek Baterai Tetap Jalan di Masa Transisi

Megaproyek Baterai Tetap Jalan di Masa Transisi
Megaproyek Baterai Tetap Jalan di Masa Transisi

JAKARTA - Meski tengah dalam masa transisi kepemimpinan, megaproyek baterai kendaraan listrik yang digarap Indonesia Battery Corporation (IBC) tetap berjalan tanpa hambatan berarti. Saat ini, posisi Direktur Utama IBC masih kosong setelah ditinggalkan oleh Toto Nugroho. Namun, perusahaan memastikan rencana bisnis tetap berada di jalur yang telah ditetapkan.

IBC menyampaikan bahwa rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk menentukan direktur utama baru sedang dijadwalkan. Langkah ini diambil untuk memastikan proses tata kelola perusahaan berjalan sesuai prinsip good corporate governance (GCG).

“Jadi RUPS sendiri sedang dijadwalkan, insyaallah segera. Memang untuk proses administrasi dan GCG, so far sih, balik lagi, kami berusaha untuk mengikuti administrasi yang diletakkan,” kata Vice President (VP) Investor Relations IBC, Marvin Reinhart, saat ditemui di sela kegiatan International Battery Summit 2025.

Komitmen IBC dalam Proyek Strategis

IBC kini memusatkan perhatian pada dua proyek besar, yakni Proyek Dragon dan Proyek Titan. Keduanya merupakan bagian dari pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

Proyek Dragon merupakan hasil kolaborasi IBC dengan perusahaan global Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL). Proyek ini sudah memasuki tahap konstruksi sejak peletakan batu pertama dilakukan pada Juni lalu.

Marvin menegaskan bahwa proyek ini terus berjalan dan tidak terpengaruh oleh proses hukum yang menimpa mantan direktur utama.

“So far sih, on a day to day basis, there's not much variance, atau problem terhadap [proyek] itu,” ujarnya.

Arah Baru Proyek Titan

Sementara itu, Proyek Titan yang dikerjakan bersama Huayou Cobalt tengah memasuki tahap studi kelayakan atau feasibility study (FS). Proyek senilai US$9,8 miliar ini dirancang sebagai ekosistem baterai terintegrasi yang mencakup semua aspek industri, dari tambang hingga fasilitas daur ulang.

“Proyek Titan seperti mungkin kalian ketahui juga, partner-nya [Huayou] itu, kita baru berbicara awal tahun ini, setelah yang sebelumnya [LG Energy Solutions Ltd.] mengundurkan diri,” jelas Marvin.

Diskusi dengan Huayou saat ini masih pada tahap awal framework agreement, namun perkembangan yang terjadi sudah cukup signifikan. Marvin menyebutkan bahwa proyek ini ditargetkan mulai terealisasi pada 2026.

“Diskusi memang masih sedikit di awal ya, bisa dibilang di framework agreement, kita baru bahas, tetapi sudah lumayan, lumayan jalan cukup jauh lah,” imbuhnya.

Target Rampung 2027

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan optimismenya bahwa Proyek Titan akan selesai pada akhir 2027. Ia menyebutkan bahwa pengambilalihan kepemimpinan konsorsium oleh Huayou dari LGES telah mempercepat dinamika kerja sama.

“Huayou sebentar lagi akan jalan dengan Antam dan IBC. Total investasinya sekitar 8 miliar dolar [AS]. Nah, kalau ini semua jadi, kita targetkan 2027 akhir ini semua sudah jadi,” ungkap Bahlil saat menghadiri International Battery Summit 2025 di Jakarta.

Sebagaimana Proyek Dragon, Proyek Titan juga akan mencakup rantai produksi penuh mulai dari pertambangan nikel hingga produksi baterai kendaraan listrik dan fasilitas daur ulang. Ini merupakan langkah strategis Indonesia untuk memperkuat posisi dalam industri kendaraan listrik global.

Kepemilikan Indonesia Terus Diperjuangkan

Bahlil menjelaskan bahwa Indonesia melalui BUMN PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) telah memiliki 51% saham di lini hulu Proyek Titan. Namun, untuk lini antara dan hilir, porsi kepemilikan nasional masih berada di angka 30%.

Menyikapi hal itu, pemerintah tengah berupaya meningkatkan kepemilikan BUMN di lini hilir melalui keterlibatan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

“Porsi di hilir saat ini baru 30%, tetapi arahan Presiden adalah agar dinaikkan menjadi di atas 40%, bahkan kalau bisa menyamai posisi di hulu,” ungkap Bahlil.

Langkah ini dinilai penting untuk memastikan bahwa nilai tambah dari industri baterai dapat dinikmati oleh Indonesia, tidak hanya sebagai pemasok bahan baku tetapi juga sebagai pelaku utama dalam pengolahan dan produksi.

Optimisme Menuju Indonesia Sentra Ekosistem Baterai

Bahlil menegaskan keyakinannya terhadap prospek Indonesia sebagai pusat pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik global. Menurutnya, infrastruktur, sumber daya alam, dan arah kebijakan pemerintah telah selaras untuk mencapai visi tersebut.

“Saya punya keyakinan ke depan apa yang diceritakan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara acuan pengelolaan ekosistem baterai mobil itu insyaallah bisa tercapai,” tuturnya.

Pemerintah terus mendorong percepatan pengembangan sektor ini melalui kerja sama strategis dengan mitra global serta penguatan peran BUMN di berbagai lini industri baterai.

Transisi Kepemimpinan Tidak Hambat Langkah Strategis

Meskipun posisi direktur utama IBC masih kosong, pihak perusahaan tetap menunjukkan kinerja dan koordinasi yang solid dalam menjalankan proyek-proyek strategis. RUPS yang akan segera digelar diharapkan memberikan kejelasan kepemimpinan tanpa mengganggu kelangsungan investasi dan pembangunan.

Keberlanjutan proyek Dragon dan Titan menjadi bukti bahwa komitmen IBC dan pemerintah Indonesia untuk mewujudkan kemandirian energi berbasis kendaraan listrik tetap terjaga. Seluruh elemen bekerja sinergis agar megaproyek ini menjadi tonggak penting dalam transformasi industri nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index