Prabowo Subianto

Prabowo Paparkan Strategi Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Prabowo Paparkan Strategi Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Prabowo Paparkan Strategi Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

JAKARTA - Dalam forum bergengsi Forbes Global CEO Conference 2025 bertajuk “The World Pivot” di St. Regis Jakarta, Presiden Prabowo Subianto menampilkan keyakinan besar terhadap masa depan ekonomi Indonesia.

Berbicara dalam sesi “Pertemuan Pikiran” bersama Steve Forbes, Chairman dan Editor in Chief Forbes Media, Prabowo menegaskan bahwa target pertumbuhan ekonomi 8 persen bukan sekadar wacana, tetapi peluang nyata yang bisa dicapai dalam waktu dekat.

Optimisme itu ia sampaikan di hadapan ratusan CEO global, investor, dan pemimpin bisnis dunia. Saat Steve Forbes menanyakan sejauh mana Indonesia dapat mewujudkan target ambisius tersebut, Prabowo dengan mantap menjawab, “Saya pikir 8% sangat mungkin tercapai.”

Bagi Prabowo, kunci pertumbuhan tinggi terletak pada kebijakan ekonomi yang berorientasi pada rakyat, terutama program yang menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Program Makan Bergizi Gratis Jadi Penggerak Ekonomi Rakyat

Prabowo menyoroti program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai salah satu motor utama penggerak ekonomi nasional.
Program prioritas pemerintah yang mulai berjalan sejak Januari 2025 itu tidak hanya berfungsi sosial, tetapi juga memberikan efek ekonomi berantai yang luas.

Ia menjelaskan, saat ini terdapat sekitar 30.000 dapur umum MBG yang tersebar di seluruh Indonesia.
Setiap dapur, kata Prabowo, mempekerjakan sedikitnya 50 orang, sehingga total 1,5 juta lapangan kerja langsung telah tercipta dari program ini.

“Saya pikir 8% sangat mungkin tercapai. Seperti yang telah saya sebutkan, bahkan dengan program Makan Gratis ini, kita menciptakan 1,5 juta lapangan kerja secara langsung,” ujar Prabowo di hadapan Forbes dan peserta konferensi.

Lebih jauh, ia menuturkan bahwa menurut para ekonom, setiap kenaikan 1% pertumbuhan ekonomi nasional mampu membuka sekitar 400.000 lapangan kerja baru.
Dengan hitungan sederhana, penciptaan 1,5 juta lapangan kerja dari MBG sudah setara dengan 3% pertumbuhan ekonomi tambahan.

“Para ahli ekonomi mengatakan kepada saya bahwa pertumbuhan 1% akan menciptakan 400.000 lapangan kerja. Nah, kita sudah menciptakan 1,5 juta lapangan kerja. Itu 3%,” tegasnya.

Efek Domino: Mendorong Wirausaha dan Produksi Lokal

Prabowo juga menyoroti dampak tak langsung dari program MBG terhadap sektor wirausaha dan rantai pasok lokal.
Setiap dapur umum MBG, menurutnya, membutuhkan sekitar 15 pemasok lokal yang menyuplai bahan makanan seperti daging, telur, sayur, dan bumbu.

“Dan masing-masing dari 15 vendor atau pemasok ini akan memiliki setidaknya 5, 10, atau 15 pekerja,” ujarnya.

Dengan begitu, dampak ekonomi dari MBG tidak hanya menyentuh tenaga kerja langsung, tetapi juga memicu aktivitas usaha mikro dan kecil di berbagai daerah.
Prabowo menilai, efek berantai ini akan menghidupkan sektor produksi lokal, memperkuat ketahanan pangan, dan meningkatkan konsumsi domestik — faktor penting bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Sirkulasi Uang dan Peningkatan Daya Beli

Lebih dari sekadar menciptakan pekerjaan, Prabowo menekankan pentingnya sirkulasi uang di dalam negeri.

Menurutnya, ketika masyarakat memperoleh pendapatan, maka mereka akan kembali membelanjakan uangnya untuk kebutuhan sehari-hari, yang pada akhirnya menggerakkan ekonomi secara menyeluruh.

“Dan jika orang-orang ini punya uang, apa yang mereka lakukan? Mereka akan membeli sepatu, pakaian. Mereka ingin memperbaiki rumah mereka. Mereka ingin masing-masing membeli, mungkin sepeda motor, televisi. Jadi saya pikir beginilah caranya,” jelasnya.

Logika ekonomi sederhana ini menjadi dasar kebijakan inklusif Prabowo: menumbuhkan konsumsi domestik melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan.
Dengan lebih banyak orang yang bekerja dan berbelanja, sirkulasi ekonomi di berbagai sektor pun semakin cepat, menciptakan efek berganda terhadap pertumbuhan nasional.

Indonesia di Tengah Tantangan Global

Dalam perbincangan tersebut, Prabowo juga menyinggung kondisi ekonomi global yang tengah menghadapi berbagai tantangan, mulai dari krisis energi hingga perlambatan ekonomi di sejumlah negara besar.

“Saya rasa, tidak banyak negara di dunia saat ini yang menikmati hal ini, bahkan sekarang kita tumbuh 5% per tahun. Maksud saya, banyak negara lain bahkan tidak tumbuh sama sekali,” katanya.

Ia menambahkan, saat menghadiri pertemuan pemimpin dunia di Sharm El-Sheikh, Mesir, banyak kepala negara yang mengeluhkan pertumbuhan ekonomi mereka stagnan di kisaran 1%–2%.
Dengan demikian, Indonesia yang mampu mempertahankan pertumbuhan sekitar 5%, apalagi berpotensi mencapai 8%, berada dalam posisi sangat kompetitif di tengah dinamika global.

Optimisme yang Berbasis Program Nyata

Optimisme Prabowo tidak muncul dari asumsi, tetapi dari hasil kerja nyata dan data lapangan.
Program seperti Makan Bergizi Gratis, Subsidi Gizi untuk Anak Sekolah, dan Dukungan UMKM telah menjadi fondasi kebijakan ekonomi yang berorientasi pada pemerataan dan pemberdayaan rakyat.

Prabowo menilai bahwa kekuatan ekonomi Indonesia justru terletak pada populasi besar yang produktif dan konsumtif.
Dengan strategi yang tepat, Indonesia bisa menjadi contoh negara berkembang yang berhasil menyeimbangkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi secara bersamaan.

Keyakinan Presiden terhadap Masa Depan Ekonomi Nasional

Prabowo menutup pembicaraannya dengan nada optimistis bahwa transformasi ekonomi yang ia jalankan akan membawa Indonesia menuju era pertumbuhan baru.

Dengan menggabungkan inovasi, efisiensi, dan pemerataan kesejahteraan, ia yakin Indonesia mampu menjadi kekuatan ekonomi utama di Asia.

“Target 8% bukanlah mimpi. Dengan program-program yang menyentuh rakyat langsung, penciptaan lapangan kerja besar-besaran, dan partisipasi wirausaha lokal, kita sedang menuju ke sana,” pungkasnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index