JAKARTA - Masyarakat Jakarta kini menghadapi ancaman baru dari paparan mikroplastik yang terbawa air hujan. Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa laju deposisi mikroplastik mencapai 3 hingga 40 partikel per meter persegi per hari. Mikroplastik merupakan partikel kecil hasil pecahan limbah plastik yang kini tidak hanya ditemukan di air dan tanah, tetapi juga terdeteksi di udara dan hujan. Paparan jangka panjang dapat menyebabkan partikel menetap di tubuh dan memicu berbagai gangguan kesehatan, sehingga kesadaran masyarakat untuk mengantisipasi risiko ini menjadi sangat penting.
Perlindungan Diri di Tengah Paparan
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menekankan pentingnya perlindungan diri dari paparan mikroplastik, terutama saat hujan turun. Ia menyarankan agar masyarakat menunda aktivitas di luar rumah setelah hujan dan selalu menggunakan masker ketika berada di luar ruangan. Menurutnya, langkah sederhana seperti menggunakan masker efektif untuk mencegah partikel mikroplastik terhirup atau tertelan. Selain itu, ia menekankan bahwa mengurangi aktivitas di luar rumah sesudah hujan juga dapat mengurangi risiko paparan karena partikelnya masih banyak di udara.
Langkah-langkah perlindungan individu ini dinilai sebagai tindakan sementara, yang tetap harus diimbangi dengan upaya pencegahan dari sumber masalah, agar risiko jangka panjang dapat diminimalkan.
Pencegahan dari Sumber Polusi
Selain perlindungan diri, Budi menekankan bahwa langkah pencegahan paling efektif adalah mengurangi sumber polusi mikroplastik. Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi penggunaan plastik sekali pakai dan memperbaiki sistem pengelolaan limbah. Pemerintah daerah diminta untuk mempercepat pembangunan proyek-proyek pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA).
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menegaskan bahwa Pemprov akan menindaklanjuti temuan BRIN terkait mikroplastik dalam air hujan. Pihaknya berencana merealisasikan proyek PLTSA dan berbagai program lingkungan lain untuk mengurangi pencemaran plastik di kota. Dengan pengelolaan limbah yang lebih baik, diharapkan sumber mikroplastik dapat dikontrol sehingga risiko paparan bagi masyarakat berkurang secara signifikan.
Edukasi dan Kesadaran Masyarakat
Peneliti BRIN, Reza, menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap risiko mikroplastik di Jakarta. Ia menjelaskan bahwa masyarakat perlu menerapkan langkah-langkah pencegahan sederhana, termasuk menggunakan masker saat berada di luar, menunda aktivitas di luar rumah setelah hujan, dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Edukasi ini dianggap penting karena selain melindungi diri sendiri, masyarakat juga berperan dalam mengurangi polusi dari hulu.
Kementerian Kesehatan dan Pemprov Jakarta diharapkan dapat terus mensosialisasikan informasi terkait paparan mikroplastik dan cara melindungi diri. Dengan kombinasi antara perlindungan individu, pencegahan dari sumber, serta penguatan kesadaran masyarakat, risiko kesehatan akibat mikroplastik dapat diminimalkan secara lebih efektif.